AI (artificial intelligence) belakangan makin populer, diakselerasi oleh generative AI atau AI generatif. Pemanfaatannya pun terjadi pada berbagai bidang. Begitu pula pada ritel. Menurut Graphical Research, pasar AI pada retail di Asia Pasifik akan bertumbuh dengan CAGR (compound annual growth rate) sebesar 40% hingga tahun 2027. Namun, setidaknya menurut RELEX Solutions, penerapan pada industri ritel di tanah air memang sudah dilakukan, tetapi manfaat AI yang diperoleh para peritel Indonesia belum sampai automasi maupun menghasilkan process augmentation yang signifikan.
Padahal, RELEX Solutions percaya bahwa mengintegrasikan AI ke dalam peramalan permintaan dan pengoptimalan stok dapat meningkatkan ketersediaan produk, mengurangi limbah, menyederhanakan proses distribusi, dan meningkatkan efektivitas operasional dalam distribusi dan toko. Hal tersebut sangat cocok untuk industri ritel berhubung kegiatan operasinya dilakukan dalam skala yang besar dan cepat.
“Operasional bisnis harus dipastikan berjalan dengan lancar bahkan di tengah perubahan. Penerapan AI di industri ritel merupakan suatu keharusan bagi bisnis untuk mendorong profitabilitas sekaligus memangkas biaya,” ujar Kristie Davison (Vice President APAC di RELEX Solutions). “AI membantu peritel memangkas biaya berlebih dan mengelola arus kas mereka untuk keberlanjutan bisnis yang lebih baik,” tambahnya.
Lebih lanjut, RELEX Solutions membagikan tiga manfaat bagi peritel Indonesia tatkala menerapkan AI dalam operasional ritel hariannya. RELEX Solutions memastikan terdapat manfaat-manfaat AI lainnya sehubungan penerapan yang dimaksud, tetapi tiga yang kali ini dibagikan. Berikut adalah ketiga manfaat AI ala penyedia solusi perencanaan ritel terpadu ini.
1. Mengurangi Biaya Operasional
Di tengah gempuran kenaikan harga barang dan jasa, RELEX Solutions menilai masyarakat Indonesia menjadi lebih peka terhadap pergerakan harga sehingga mereka mencari diskon maupun toko (daring dan luring) yang menawarkan harga paling kompetitif. Agar bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ini dan lainnya, peritel perlu memanfaatkan automasi dan insight berbasis AI untuk memangkas biaya operasional dan menurunkan biaya barang dan jasa.
Peritel kini dapat menggunakan AI untuk meramalkan permintaan secara otomatis dan akurat. Dengan perkiraan permintaan yang akurat, peritel bisa mengoptimalkan biaya operasional sambil tetap memberikan harga yang kompetitif kepada pelanggan. Peritel juga dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal pengelolaan stok dan aspek bisnis penting lainnya dari kegiatan operasional yang dilakukan.
2. Membantu Efisiensi Pengelolaan Stok Omnichannel
Sejalan dengan meredanya wabah COVID-19 di Indonesia, peritel diperkirakan akan mengalami peningkatan foot traffic. Namun, kanal daring akan terus lazim dipakai karena kemudahan dan kenyamanan plus penghematan yang ditawarkan. Menurut Meta serta Bain & Company, pada tahun 2022, Indonesia memiliki mayoritas konsumen digital di Asia Tenggara. Di tanah air diperkirakan terdapat sebanyak 168 juta konsumen digital. Indonesia pun diperkirakan akan terus meningkatkan GMV (gross merchandise value) e-commerce-nya dengan CAGR sekitar 17% hingga tahun 2027.
Jadi, kini omnichannel mengalami peningkatan. Peritel harus fokus untuk menghilangkan silo dalam bisnisnya dan mulai mengelolanya sebagai satu kesatuan yang utuh. Peritel perlu untuk mengintegrasikan solusi yang didukung oleh AI agar bisa mendapatkan pelaporan real-time yang akurat untuk mengelola stok, termasuk ketika produk dialihkan dari satu pusat pemenuhan ke pusat pemenuhan lainnya, sehingga bisa memenuhi ekspektasi pelanggan secara memadai. Begitu pula dengan memperkirakan stok untuk perencanaan.
3. Menghadirkan Pengalaman Pelanggan yang Lebih Baik
Masih berhubungan dengan pengelolaan stok, jika peritel sampai kehabisan stok, ia bisa kehilangan penjualan dan pelanggan. Efisiensi operasi pengisian ulang stok sangat penting bagi peritel untuk menjaga kepuasan pelanggan dan profitabilitas bisnis. Namun, studi terbaru RELEX Solutions menemukan bahwa hampir 50% peritel tidak mengetahui berapa banyak stok yang mereka miliki di setiap toko. Hal itu menimbulkan kesenjangan dalam pendekatan strategis untuk keakuratan dan tingkat efektivitas pemesanan yang dilakukan.
Peritel perlu memprioritaskan sistem pengisian stok barang yang efisien dan memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa membebani sumber daya. Teknologi AI membantu peritel menjaga jumlah stok yang tepat, meramalkan perubahan permintaan, dan menyesuaikan pesanan pengisian ulang stok yang pada akhirnya bisa menghadirkan pengalaman penlanggan yang lebih baik dan mendorong konsumen tetap berbelanja padanya.