Visibilitas, Kecepatan, dan Kolaborasi
Menghadapi tantangan keamanan siber yang meningkat; Palo Alto Networks percaya ada tiga hal penting yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan keamanan siber, termasuk tentu saja para organisasi swasta yang bukan vendor keamanan siber melainkan pengguna; yakni visibilitas, kecepatan, dan kolaborasi. Ketiga hal ini secara lebih tepatnya adalah visibilitas dari seluruh ekosistem AI, kecepatan dengan tata kelola yang berbasiskan hasil, serta kolaborasi antara para negara dan penyedia keamanan siber.
Palo Alto Networks menjelaskan bahwa visibilitas dari seluruh ekosistem AI maksudnya adalah visibilitas terhadap seluruh aplikasi AI yang digunakan para karyawan di lingkungan kerja suatu organisasi. Visibilitas diperlukan agar sebuah aplikasi bisa dipantau dan diamankan suatu organisasi. Para organisasi juga perlu memastikan tidak terdapat shadow AI alias penggunaan satu atau lebih aplikasi AI oleh satu atau lebih karyawan di lingkungan kerja tanpa izin/persetujuan resmi—sewajarnya tanpa visibilitas. Seperti shadow IT yang bisa menghadirkan celah pada keamanan siber sebuah organisasi, begitu pula shadow AI.
Kecepatan dengan tata kelola yang berbasiskan hasil merujuk pada kecepatan yang lebih baik yang bisa diperoleh dengan menggunakan tata kelola yang berbasiskan hasil. Dengan berfokus pada hasil dan bukan proses, tata kelola yang berbasiskan hasil tidak mengontrol setiap langkah melainkan menentukan sejumlah hasil yang ingin dicapai suatu organisasi dan membolehkan para tim di organiasi tersebut menentukan bagaimana mencapainya. Tata kelola yang berbasiskan hasil diklaim bisa memberikan kecepatan yang lebih baik dibandingkan tata kelola konvensional yang berfokus pada proses yang kaku.
Kolaborasi antara para negara dan penyedia keamanan siber maksudnya adalah kolaborasi yang lebih baik antara negara-negara dan penyedia-penyedia keamanan siber. Selama ini kolaborasi antara para negara dan penyedia keamanan siber sudah terjadi. Namun, Palo Alto Networks menilainya masih kurang baik, masih sangat terbatas. Alhasil kolaborasi antara negara-negara dan penyedia-penyedia keamanan siber tersebut perlu ditingkatkan.
Pada perbincangan lebih lanjut dengan InfoKomputer, Palo Alto Networks menyebutkan bahwa kolaborasi yang dimaksud juga mencakup koloborasi antara negara yang satu dengan negara yang lain serta antara penyedia keamanan siber yang satu dengan penyedia keamanan siber yang lain. Palo Alto Networks menambahkan bahwa kini sikap banyak negara dan penyedia/vendor keamanan siber terhadap kolaborasi bergeser. Bila sebelumnya cukup sulit untuk mengajak mereka bekerja sama, kini lebih mudah. Pergeseran ini diklaim karena mereka menyadari para penjahat siber berkolaborasi lebih baik dus beroleh hasil lebih cepat.

Palo Alto Networks turut menyinggung penggunaan AI, termasuk agentic AI, dalam keamanan siber. Palo Alto Networks menyebutkan pula bahwa para SOC (security operations center) sebaiknya memanfaatkan agentic AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Agentic AI bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berulang dan membosankan dengan lebih mumpuni, serta sejalan dengan itu, membebaskan tenaga kerja manusia mengerjakan berbagai pekerjaan lain yang lebih bernilai.
Dari ketiga hal penting yang dikemukakan Palo Alto Networks perlu untuk dilakukan, kolaborasi menjadi yang paling dikedepankan. Seperti telah disebutkan kolaborasi antara para penjahat siber adalah lebih baik, tidak hanya dari kolaborasi antara negara-negara dan penyedia-penyedia keamanan siber—antara sektor publik dan swasta, melainkan juga dari kolaborasi antara para vendor keamanan siber. Palo Alto Networks menegaskan kolaborasi antara para penjahat siber itu perlu untuk diimbangi.
Palo Alto Networks menekankan kolaborasi antara sektor publik dan swasta maupun antara para vendor keamanan siber perlu ditingkatkan sehingga tidak tertinggal. Dengan kerja sama yang lebih baik, negara-negara dan vendor-vendor keamanan siber bisa mengolah data dan mendapatkan insight lebih cepat sehingga bisa belajar lebih cepat dan lebih siap menghadapi tantangan keamanan siber yang meningkat. Apalagi terdapat banyak data yang telah dan akan dikumpulkan oleh para negara dan vendor keamanan siber, termasuk dari serangan-serangan siber.
“Melalui kolaborasi-kolaborasi ini, melalui penggunaan aneka perkakas dan teknologi ini, kemampuan kita untuk mengambil dan mengumpulkan informasi dan belajar dan menjadi makin cepat dan makin cepat. Jadi, untuk setiap serangan [siber], kemampuan pertahanan [siber] adalah meningkat. Matematikanya sebenarnya memihak pertahanan [siber], tetapi hanya jika kita berkumpul bersama dan berkolaborasi,” sebut Simon.
“Pasalnya begitu banyak data yang dikumpulkan di seluruh dunia. Baik itu industri-industri seperti perbankan dan keuangan, layanan, baik itu telekomunikasi, baik itu pemerintah, baik itu organisasi seperti kami, kita mengumpulkan informasi benar-benar dalam jumlah petabyte setiap hari dan kita belajar dari informasi tersebut, yang berarti kita menjadi lebih baik,” pungkasnya.
