SIRCLO Bagikan Tren 2024 dan Proyeksi 2025 dari E-commerce, Apa Saja?

3. Pergeseran Preferensi Jam Belanja

Data internal SIRCLO mengungkap adanya perubahan dalam preferensi jam belanja daring. Jika pada tahun 2023 mayoritas transaksi daring didominasi sekitar pukul 20.00 WIB, pada tahun 2024 bergeser menjadi dua waktu puncak, yakni saat makan siang pukul 12.00 WIB dan selepas pulang kerja pukul 19.00 WIB.

Perubahan ini mengindikasikan bahwa konsumen makin memanfaatkan waktu santainya saat istirahat siang dan pulang bekerja untuk melakukan transaksi, baik bagi kebutuhan harian maupun impulse buying. Tren ini juga didorong oleh beberapa faktor, seperti kenyamanan dan kepraktisan mobile shopping, ketersediaan promosi menarik, dan fleksibilitas waktu yang ditawarkan e-commerce.

4. Transaksi Nontunai Mendominasi

Meningkatnya adopsi pembayaran digital terus mendorong transformasi perilaku belanja daring di Indonesia. Berdasarkan data internal SIRCLO sepanjang tahun 2024, sekitar 63% transaksi e-commerce dilakukan menggunakan metode nontunai. Sejalan dengan itu, metode COD (cash on delivery) masih digunakan pada sekitar 37% transaksi.

Secara lebih spesifik, metode pembayaran yang digunakan adalah e-wallet dengan 34% (dari keseluruhan pembayaran), bank virtual account dengan 10%, paylater dengan 8%, dan metode digital lainnya. Meskipun porsi COD masih besar, mayoritas pengguna e-commerce sudah mulai beralih ke opsi pembayaran nontunai.

Dua Proyeksi E-commerce 2025 Indonesia

1. Video Commerce Mampu Menjadi Kanal Penjualan yang Mendominasi

Google, Temasek, dan Bain & Company melihat bahwa tren video commerce makin diminati oleh konsumen dalam proses menemukan produk, melakukan riset, hingga memutuskan membeli produk tersebut. Perjalanan ini didorong dari video yang dibuat oleh kreator, sponsored content, hingga afiliator. Keputusan membeli barang makin diperkuat oleh interactive live streaming dan promosi dengan waktu terbatas guna menciptakan rasa urgensi serta meningkatkan konversi.

Tren ini sejalan dengan data internal SIRCLO yang mencatat live streaming sebagai primadona, khususnya di platform TikTok melalui kontribusi rata-rata pada GMV sebesar 47%, diikuti short video dengan 27%. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis video perlu diintegrasikan dalam strategi penjualan digital. Investasi dalam menunjang live streaming, short video, serta kemitraan dengan kreator dan afiliator akan menjadi kunci untuk meningkatkan visibilitas merek dan mempercepat proses konversi.

2. Omnichannel Retailing: Fondasi Pertumbuhan E-Commerce yang Merata

Industri e-commerce di Indonesia masih menunjukkan ketimpangan distribusi transaksi, 83,8% dari total pembelian berasal dari konsumen di Pulau Jawa. Namun, potensi pertumbuhan di luar Pulau Jawa sangat menjanjikan. Sepanjang tahun 2020 sampai 2024, SIRCLO mencatat jumlah transaksi dari luar Pulau Jawa meningkat rata-rata sebesar 80%, sedangkan jumlah konsumen tumbuh sebesar 74,5% secara year-on-year.

Ketimpangan di luar Pulau Jawa juga tercermin dalam pilihan metode pengiriman. Di wilayah ini, pengiriman masih sangat bergantung pada layanan reguler dengan porsi 84,5%, diikuti oleh pengiriman hemat sebesar 13,1%. Sementara itu, opsi pengiriman cepat seperti same day dan instant delivery masih kurang dari 1%. Ketergantungan yang tinggi terhadap layanan reguler dan hemat ini menunjukkan adanya tantangan struktural dalam infrastruktur logistik, dengan tingginya biaya pengiriman dan terbatasnya jaringan distribusi cepat menjadi faktor utama.

Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu mengadopsi teknologi untuk mempercepat pemerataan distribusi logistik dan integrasi layanan omnichannel di seluruh Indonesia. Berfokus pada efisiensi pengiriman, optimalisasi jaringan distribusi lokal, dan penguatan konektivitas antara kanal daring dan luring, menjadi langkah krusial dalam menjangkau konsumen secara lebih luas. Ke depannya, optimalisasi omnichannel retailing akan menjadi fondasi dalam mendorong pertumbuhan e-commerce yang lebih inklusif dan merata.