“BrainEye adalah tentang menyediakan alat yang proaktif dan berbasis sains untuk semua orang,” sambungnya sembari menambahkan bahwa model AI BrainEye adalah dikembangkan sendiri serta makin banyak model penggunaan yang memanfaatkan model AI BrainEye akan makin baik kinerjanya.
Salah satu model penggunaan model AI BrainEye lain yang dikemukanan adalah untuk mendeteksi kelelahan pengemudi. Namun, model penggunaan ini masih dalam pengembangan. BrainEye menambahkan pula bahwa makin banyak data yang dikumpulkan, makin akurat dan personal hasil yang diberikan aplikasi BrainEye. Model AI BrainEye terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan.
Gegar Otak
Sebagian atlet seperti para pemain sepak bola tak jarang mengalami benturan di kepala, misalnya saat menyundul bola maupun saat berbenturan dengan pemain-pemain lain. Mereka pun tak jarang mengalami gegar otak. Aplikasi BrainEye sesuai untuk para atlet seperti ini. Aplikasi BrainEye misalnya bisa membantu mendeteksi kesehatan otak suatu pemain sepak bola usai bermain sepak bola atau usai mengalami benturan di kepala. Aplikasi BrainEye bisa membantu mendeteksi gegar otak.
“Sepanjang karir saya, saya bermain selama 18 tahun sebagai seorang pemain sepak bola profesional, dan saya mengalami begitu banyak gegar otak dan saya tidak dapat mengatakan kepada Anda berapa kali, Anda tahu, saya telah berurusan dengan hal tersebut. Sekarang saya berusia 55 tahun, hampir, dan saya telah berurusan dengan masalah-masalah pribadi seperti sakit-sakit kepala hebat yang berlangsung, yang berlangsung selama mungkin 24 jam,” ujar Emmanuel Petit (Pemenang Piala Dunia FIFA dan Brand Ambassador BrainEye).

“Saya menonton pertandingan Brasil, pertandingan Brasil, Anda tahu, melawan Kolombia, penjaga gawang Alisson, Anda tahu, penjaga gawang, Anda tahu, dari Liverpool, dia juga mengalami gegar otak yang parah. Jadi, ini adalah masalah besar karena saya pikir BrainEye dapat membantu olahraga, dapat membantu orang-orang juga, karena dia dapat menyelamatkan nyawa orang, dan saya pikir dia dapat membantu, Anda tahu, obat, staf medis, Anda tahu, di setiap tim,” tambahnya.
Bahkan, BrainEye mengeklaim merevolusi skrining gegar otak dalam olahraga. BrainEye menyebutkan SCAT (Sport Concussion Assessment Tool) — perkakas asesmen gegar otak konvensional — masih bergantung pada observasi subjektif dan umumnya hanya digunakan setelah gejala muncul, sedangkan aplikasinya menyediakan data objektif dan real-time yang terbukti tiga kali lebih bisa direproduksi. Dalam uji klinis dengan atlet AFL (Australian Football League) elit, BrainEye mengeklaim mencapai sensitivity 100% dan specificity 85%.
Kerja Sama
Peluncuran BrainEye di Indonesia turut diklaim mencerminkan penguatan kerja sama antara Australia dan Indonesia dalam bidang inovasi kesehatan, transformasi digital, dan investasi teknologi. BrainEye siap mendukung perjalanan layanan kesehatan digital di Indonesia dan menjadi bagian penting dari lanskap healthtech di tanah air.
“Australian Trade and Investment Commission [Austrade] dengan senang hati mendukung peluncuran produk perdana BrainEye di Indonesia. Salah satu fokus utama kami di Indonesia adalah mendukung kemitraan yang lebih erat antara Australia dan Indonesia di bidang kesehatan dan teknologi. Solusi kesehatan digital seperti BrainEye memberikan kontribusi positif terhadap ambisi Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, termasuk melalui digitalisasi,” sebut Lauren Adams (Australia’s Trade and Investment Commissioner).